Senin, 30 Maret 2015

My Curucu #TantanganMenulis

Senin, 30 Maret 2015

This is my Curucu. Netbuk kesayangan yang udah nemenin saya selama dua tahun belakangan. Andai saja benda seperti ini bisa ngomong, bisa marah-marah, mungkin entah seberapa sering ia bakalan marah-marah ke empunya. Capek, pengen istirahat. Butuh hiburan.

Iya sih, hampir setiap hari Curucu saya idupin, untuk ngerjain tugas, onlen, dengerin musik, edit foto, curhat, ngegame dan banyak lainnya, selagi masih bisa saya gunakan. Dari pagi sampai malem, hampir selalu dalam keadaaan on

Salah satu benda kesayangan yang amat saya butuhkan, jadi kau jangan sering ngambek ya Curucu. Berkat dirimu juga, tugas saya satu per satu terselesaikan, salah satu yang biasanya menghiburkan saya ketika lagi bosan. Kamu begitu berarti lho ( wkwkwk). Jasa mu udah banyak lho. Biar kamu gak digantiin sama yang lain, selalu setia ya :).


Pochemuchka

Saya baru tau tentang Pochemuchka dari #TantanganMenulis , dan lanjut googling tentang Pochemuchka. Dari berbagai sumber yang diperoleh ternyata Pochemuchka berasal dari bahasa Rusia yang berarti seseorang yang mengajukan banyak pertanyaan, bahkan mungkin terlalu banyak pertanyaan.  

Jujur aja sih, saya termasuk salah satu orang yang gak seneng sama orang yang banyak tanya. Entah yang nanya pura-pura gak tahu, sengaja pengen tanya, atau emang orangnya suka banyak tanya. Jaman makin canggih, kalau ada yang gak ngerti ya cukup googling, kalau masih gak ngerti baru deh nanya sama yang lain. Setidaknya ada usaha untuk mencari tahu apa yang ingin diketahui.

Hal yang seperti ini masih sering lho terjadi. Misalnya, di salah satu forum tentang beasiswa. Ada yang tanya tentang ada gak sih beasiswa untuk mahasiswa/i S1 jurusan bla bla. Coba deh, googling dulu tentang yang ingin ditanya, kalau gak ketemu dengan kata kunci bahasa Indonesia, coba dengan kata kunci bahasa Inggris. Gak ngerti bahasa Inggris, cukup translate  dari Google (lagi) , atau cari di kamus. Kalau memang gak ketemu, baru deh tanya ke forum. 

Ketika kita bertanya tentang suatu hal yang padahal jawabannya bisa kita cari, kenapa harus bertanya dulu? Tunjukkan bahwa kita memang punya usaha untuk mencari sesuatu yang kita ingin kita ketahui.

Nah, gimana kalau orang nya memang sengaja ngasih banyak pertanyaan ke kita? Bisa jadi dia hanya mengetes kita, tapi tidak semua juga yang cuma ingin ngetes. Pengen tahu kemampuan kita, nah kalau dosen yang nanya banyak ke kita, bisa jadi dia ngetes kemampuan kita atau dia memang gak tahu. Ketika sidang skripsi ya wajar saja kalau dosen banyak bertanya, tentu saja untuk mengetahui kemampuan kita, apakah kita memang pantas mendapat gelar sarjana atau menyandang profesi tersebut. 

Kalau lagi tes wawancara, juga pastinya kita akan banyak ditanya , tentang diri kita, lingkungan kita, passion kita, dll, inget yak jangan kamu jawab " Ciee yang kepo", kepo amat sih!" dijamin deh, langsung di blacklist hehe :D.

Nah kalau kita banyak tanya pada suatu diskusi yang serius atau suatu permasalahan yang serius ya gak apa-apa, kalau pertanyaannya nya bermutu pasti bakalan dianggap wihh keren nih, hehe :D. Banyak-banyak lah bertanya dengan pertanyaan yang bermutu, pertanyaan yang bermutu gimana sih ? (lagi) gooogling yak :D

Seringnya kesel sih kalau seseorang banyak tanya ke kita, terlebih (maaf) pertanyaan tersebut emang sebenarnya ya gak perlu dijawab. Tapi, alangkah lebih baik ketika ada seseorang yang terlalu banyak bertanya ke kita, jawab saja dengan lembut lalu kasih saran ke dia untuk browsing dulu. Kalau memang pertanyaan penting yang memang perlu kita jawab, ya jawab aja, dan sembari tersenyum :).

Kalau ada seseorang yang banyak tanya tentang dirimu, yang ingin tahu tentang kehidupan mu, coba deh kamu langsung baca puisi Chairil Anwar tentang Aku.

AKU 
Chairil Anwar

Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi


Maret 1943

Dijamin, dia gak nanyain tentang kamu lagi . Peace \/  :) 


Dear Me

Dear Me, ku persembahkan sebuah cermin untuk dirimu agar kau tak pernah lupa pantulan dirimu dan siapa dirimu di depan yang lain terlebih di hadapan-Nya.

Dear Me, 
Harusnya kau tahu setiap alasan beberapa panca indra yang telah tercipta. Mulut yang diciptakan agar kau senantiasa berbicara yang baik, mengucapkan hal-hal baik, berbicara akan hal-hal kebaikan. Lantas kenapa kau masih mengucapkan hal-hal yang kotor, melontarka kalimat yang tak pantas terdengar oleh siapapun. Kenapa lidah mu kerap kali kelu  melafazkan lantunan yang senantiasa menenangkan hati siapapun yang mendengarnya?

Taukah kau, pun begitu dengan telinga, mata, pikiran, dan juga mata hati. Mereka diciptakan untuk hal-hal baik, lantas kenapa masih kau dengarkan hal-hal yang amat tak pantas kau dengarkan dengan sengaja. Cukup tutup telinga mu, biarkan telinga mu mendengar hal-hal yang amat baik bagi hidupmu.

Biarkan mata mu menatap kebaikan di dunia ini, tutup mata mu untuk hal-hal yag tak pantas kau lihat. Kasihan otak mu yang telah kau campur-adukkan dengan pikiran-pikiran kotor, pikiran-pikiran yang senantiasa menyalahkan yang lain, pikiran yang selalu membenarkan setiap apa yang kau pikirkan. Lantas bagaimana kau berpikir untuk hal-hal benar dari yang lain?

Dear Me, bukalah hati mu untuk hal-hal yang baik. Ketuk hati mu secara perlahan agar hati mu tetap terbuka untuk hal-hal kebaikan. 

Bagaimana? Bagaimana cerminanmu hari ini? 

Lantas, bagaimana kepekaan mu dengan sekitar mu? Masih kah egois mu kerap kali muncul? Apa kau selalu sadar, bagaimana sikap yang lain terhadap keegoisan mu. Akankah keegoisan milik yang lain sama seperti mu?

Jangan terlalu tinggi menempatkan dirimu, tanpa kau sadari banyak yang sebenarnya terlihat lebih tinggi dibanding dirimu. Tak perlu bagi mereka untuk berdiri di atas batu agar terlihat tinggi.


Lantas kau banggakan dengan mengangkat dagu mu, siapa yang mendekati sempurna, siapa yang menurut mu lebih dari yang lain, ahh selalu saja kau rendahkan kan yang lain. Selalu saja kau merasa benar, sayang sekali hati mu masih tertutup seonggok kesombongan.

Buka mata hatimu sayang, berpikir terbuka lah, lihatlah, dengarlah hal-hal yang baik. Selalu lah lihat kekurangan diri, belajar dari kelebihan orang lain. Apa yang tampak di hadapan mu belum tentu sama dengan apa yang tampak di hadapan yang lain. Menunduklah, selagi mampu menunduk. 

Tentu saja kau yang senantiasa menciptakan benci untuk benci yang lain, perhatikan sekeliling mu, peduli lah, merakyatlah. Lihatlah pantulan dirimu dari mata yang bukan milikmu, agar kau lebih leluasa melihat dunia, agar kau melihat siapa yang paling berkuasa di dunia, agar kau meliahat bagaimana kedudukan mu di dunia yang senantiasa kau tinggi-tinggikan, akankah ia tetap tinggi?

Bagaimana bayangan mu di cermin? Akankan terlihat lebih baik, akankah setiap sinar yang masuk menebar kebaikan kembali. Dear Me :)

Minggu, 29 Maret 2015

Kamu : Cewek & Anak Kosan?

Minggu, 29 Maret 2015
Kalau lagi dirumah, pastinya dong kita berpakaian dengan pakaian yang nyaman menurut kita. Tentu saja definisi pakaian yang nyaman tiap orang beda-beda, ada yang nyaman dengan pakaian terbuka atau yang tertutup. Itu tergantung individu masing-masing.

Walaupun di dalam rumah kita atau kosan kita, tetap saja kita harus berhati-hati dalam berpakaian, terlebih itu cewek. Alangkah lebih baik kita harus mengenali medan-medan tetangga di daerah rumah kita, juga bagi yang ngekos untuk selalu cek kondisi kosan. Lihat dan cek dulu, apakah terdapat celah-celah di kosan kita. Takutnya, celah-celah tersebut yang biasa sering orang ngintip. Perhatikan horden jendela kita, usahakan tidak transparan terlebih horden untuk jendela kamar.

Walaupun kita sudah berpakaian tertutup, tentu saja kita resah kalau sering diintip. Terlebih lagi seseorang yang lebih nyaman berpakaian terbuka, karena alasan panas atau pun gerah. Banyak juga kasus-kasus yang terjadi, karena ada yang ngintip ketika mandi.

Nih, beberapa tips dari saya :
  1. Selalu cek kondisi rumah kita , perhatikan kamar mandi ataupun kamar kita, apakah terdapat celah-celah di dinding atau jendelanya.
  2. Pastikan horden yang digunakan tidak transparan.
  3. Kenali medan-medan daerah rumah ataupun kosan kita.
  4. Senantiasa berpakaian sopan dimanapun dan kapan pun.
  5. Jika lagi berpakaian terbuka, pastikan horden ditutup.
  6. Selalu tutup pagar rumah.
Semoga bermanfaat ya :)



Sabtu, 28 Maret 2015

Ah, Malam Minggu :)

Sabtu, 28 Maret 2015
Hampir setiap malam Minggu kalau lagi telponan sama keluarga di rumah, mamak, ayah, ayuk, maupun adek-adek yang ditanya "nanti malem kemana?, atau ada yang mau maen ke kosan mu nak?, kalau keluar malam balik nya jangan larut malam ya?" , tentu saja pertanyaan-pertanyaan tersebut wajar-wajar saja ketika ditanya oleh orang tua.

Namun, seolah jawaban yang aku ucapkan terdengar geli di telinga orang tua dengan cewek remaja seusia diriku. Kalau malam Minggu, anakmu lebih sering menghabiskan waktu di kosan ma, keluar saja kalau mau belanja makanan atau ada yang emang ingin dibeli, terkadang nongkrong sama teman-teman. 

Aku tau sih maksud pertanyaan-pertanyaan serupa yang sering dilontarkan orang tua, special someone !

Entah kenapa, hati ini terlalu banyak takutnya untuk hal-hal tentang "perasaan". Takut terjebak di lubang yang sama, takut terjerembab ke beberapa perangkap. Memang, terlalau banyak takutnya.

Memang sih, orang tua selalu khawatir tentang anak gadisnya ketika anak gadis nya tak juga menceritakan siapa "dia" yang sekarang di relung hati ini. Eaaakkk

Bukannya tak mau cerita atau apa, memang aku anak sulung jadi kalau untuk memulai cerita-cerita tentang "perasaan" selalu malu. Malu aja, belum siap sama sekali kalau cerita akan hal itu. Aku belum siap mendengar ucapan yang terucap oleh ayah " Gadis kecil ku kini mulai dewasa, akan ada yang lain yang akan menggantikan posisi diriku di hatinya. Tentu saja suaminya".


Ahh, rasanya hati ini belum seutuhnya menerima hal tersebut. Kini aku secara perlahan tumbuh dewasa, hal-hal lumrah yang akan terjadi sebenarnya amat tak mengkhawatirkan. Hanya saja kesiapan yang amat belum matang. Akan banyak pertanggung jawaban yang mulai membebani pundak. Baik itu rasa maupun lainnya.

Suatu ketika mamak bilang " banyak lho ketika udah sarjana, udah nyaman dengan pekerjaannya namun sekarang masi sendiri nak?Nanti banyak yang takut, gengsi kalau pendidikan kalian lebih tinggi."

Anak gadis mu ngerti mak tentang kekhawatiran kalian, anak gadis mu gak pernah cerita bukan berarti gak pernah berpikiran tentang "rasa" mak. Anak gadis mu normal lho ma, yah, hanya saja belum mau cerita.

Memang sih kalau di kampung aku, misalnya cewek yang pendidikan tinggi, bebarapa cowok minder untuk ngedeketinnya. Mind set yang kayak gitu sih yang harusnya dirubah, pendidikan bukanlah tolak ukur atas segalanya. Dan banyak hal lainnya :)

Oh, No! Less effort, Overcried !

Kamis, 26 Maret 2015 ( Seminar Matematika sesi 3 )

Seminar Matematika merupakan salah satu mata kuliah 2SKS di semester VI prodi Pendidikan Matematika. Jadi kami menyeminarkan tentang Matematika, misalnya membuktian teorema-teorem pada Matematika.

Nah jadwal aku seminarnya sebenarnya pada Selasa, 31 Maret 2015. Dan teng, dosen koordinator mata kuliah Seminar Matematika mengumumkan kalau jadwal kami dipercepat dua hari kedepan setelah jadwal untuk yang sesi II, jadi kami seminarnya di hari Kamis dan persiapan benar-benar belum mateng.

Padahal, aku udah buat plans, untuk masalah seminar Matematika. Udah aku persiapin hari Kamis-Senin untuk persiapannya. Dan ketika jadwal dimajuin, seketika langsung stuck, otak rada error buat mikir jernih.

Ditambah lagi urusan yang belum selesai, masalah kian muncul dengan tetangga sebelah. Untuk mikir, masih belum jernih. Padahal dua hari lagi harus semiar, dan PPT untuk presentasi belum dibuat sama sekali, makalah masih belum direvisi. 

Dear, my problems in my mind, I have God :)


Dikala yang lain mulai mempersiapkan untuk seminar di hari Kamis, saya masih sibuk berurusan dengan masalah yang baru muncul tadi malem. Bingung pengen nyalahin siapa, yang jelas emang gak ada yang harus disalahkan.

Mulai banyak pikir, hati gak tenang karena masalah yang fifty-fifty antara real damai atau damai-damaian aja. Ditambah lagi, mikir kalau gak ada persiapan sama sekali untuk seminar. H-1 seminar baru mulai sibuk revisi makalah, buat PPT, belajar seadanya. Gak FOKUS!!!!

Gak fokus, belajar-belajar aja , mau masuk otak atau gak, yang penting belajar. Dan teng...

The Day :)
Ketika yang lain mulai senang karena selesai seminar, setidaknya satu beban mulai hilang. Aku mah senang aja kagak, hasil seminar kacau. Ditanya dosen, malah ngawur. 

Iri
Iya, iri dengan yang lain yang mempersiapkan untu seminar nya lebih baik. Ketika jadwal seminar dimajukan, disitu masalah yang lain kian muncul. Disitu kadang saya merasa sedih :(

Sampe kosan, biasa aja. Yang jelas, satu ini udah terlewatkan. Tapi, namanya juga perasaan gak tenang yang muncul. Kenapa? Menenangkan diri , cerita ke orang tua, kenapa Ma?

Ahh, gak heran aku emang cengeng. Hobi nangis, tiap cerita ke mama nangis berat. Kenapa disaat aku ini ingin berjuang, tampil maksimal, masalah kian muncul, Seolah ada hal lain yang harus aku korbankan.

Aku sedih bukan karena saya ngawur menjawab pertanyaan dosen. Aku sedih, kenapa gak bisa tampil maksimal. Kenapa, aku belum menampilkan yang terbaik? Kenapa aku berusaha maksimal? 

Wajar Ntan, kalau hasilnya gitu. Usaha mu aja cuma seupil!

Mamak yang selalu nenangin, setiap kejadian akan ada hal baik dibalik itu. Menjadikan kita semakin dewasa, gimana mengahapi masalah yang tepat, ingat ALLAH!



Masalah Lain Ketika "Hati"

Terkadang tak selamanya rasa senang muncul ketika ada seseorang suka ataupun senang dengan diri kita. Tentu saja kita akan bahagian ketika kita menyadari seseorang suka sama kita dalam hal perasaan hati terlebih dia memang orang yang kita inginkan juga kita sukai.

Namun, gimana ketika seseorang tersebut yang suka sama kita tak seperti yang kita harapkan? Maksudnya disini bukan "fisik" atau apanya yang memang tidak kita sukai. Misalnya gadis remaja atau  wanita yang berusia sekitar 20 tahun disukai oleh seseorang yang berusia sekitar 30-an namun penampilannya mempeerjelas usianya yang berkisar sekitar 50-an. 

Ya, inilah yang terjadi meskipun hal tersebut tidak terjadi kepada aku, dan aku memang berharap tidak terjadi kepada aku namun terjadi pada teman aku.

Kami sudah hampir tahun ketiga menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri di daerah Sumatera, dan di tanah rantauan kami menyewa rumah. Nah sudah hampir dua tahun juga kami tinggal disalah satu komplek di daerah tersebut, kami yang sebagai pendatang di daerah tersebut tentu saja harus bersikap sopan juga baik dengan tetangga. Ketika kami masak makanan, biasanya kami berbagi ke tetangga dengan niat biar hubungan dengan tetangga lebih baik.

Ternyata, meskipun kami sudah tinggal di rumah sewaan kami sekitar 2-an tahun, banyak hal yang amat baru kami ketahui. Misalnya mengenai tetangga kami, yang kebetulan satu dinding dengan rumah sewaan kami. Sebelumnya kami sama sekali gak ada masalah dengan tetangga-tetangga kami, namun karena satu hal yang namanya "cinta" mulai meresahkan kami membuat hubungan kami dengan tetangga tak lebih baik dari sebelumnya. Yap, tetangga sebelah rumah yang satu dinding dengan rumah sewaan kami.

Ternyata setelah hampir 2-an tahun kami di rumah sewaan tersebut, kami baru sadar ternyata tetangga kami tersebut masih bujangan ( belum nikah. red ), dari hasil kepo ternyata usianya sekitar 30-40 an tahun ( belum pasti juga mengenai usianya ), namun penampilanya sekitar usia 50-an, rambutnya sudah ubanan.

Masalahnya dia "suka" sama teman aku , ternyata dia kayak jatuh cinta at the first sight . Dan dia tahu semua nama kami, kayaknya juga dia sering dengerin tentang apa yang sering kami gosipin. Sekitar 3 bulanan terakhir, dia mulai sering ganggu kami, maksudnya sering bikin resah kami dengan gedor-gedor dinding kamar kami, mulanya kami belum sadar kalau dia senang sama temen kami. Namun, kok kelakuannya semakin aneh gitu, frekuensi gedor-gedor dinidng kamara kami makin sering, dia mulai menunjukkan bahwa dia suka sama temen aku. 

Ketika kami tau tentang hal tersebut, kami takut dong. Terlebih dia sendiri di rumahnya, kami takut aja akan hal-hal yang "gak pernah kami pikirin " akan terjadi. Kelakuan aneh nya yang semakin menjadi,  kami benar-benar gak tenang sama sekali, kalau masuk rumah bawaannya gak tenang terus. Akhirnya masalah ini kami bawa ke keluarganya, dan damai. Setelah damai,  kami lumayan tenang di rumah. 

Ternyata tenang tersebut hanya berlaku selama tiga minggu. Kami juga punya dong teman cowok, teman-teman cowok kami jarang ke rumah, kalau pun maen kerumah tau waktu lah, gak sampe larut malam. Ternyata selama ini dia selalu meninjau gerak-gerik kami, juga ketika temen-temen cowok kami maen ke rumah.

Seolah dia cemburu gitu, kami kesel dong. Jadi kami seolah bikin rencana, suatu malam kami pura-pura mengolok teman kami ( Cewek yang dia sukai ) jadian sama seorang cowok, biar dia gak gangguin temen aku lagi.

Ternyata !
Tepat sekitar pukul 01.00 WIB 
" Bangun-bangun, keluar kalian *****" bayangin aja dia sama temannya ngegedor rumah kami , dia seolah memfitnah kami selalu menyimpan cowok, dan malam itu benar-benar pengen banget bacokinnya. Kesel lah, karena ini bukan kali pertama dia memfitnah kami menyimpan cowok. Ngapain coba?

Mereka seolah pengen ngegerebek kami, dasar! Orang jam segitu ya tidur lah, masak lagi ngapain-ngapain sama cowok. Setelah kami berurusan dengan dia malam itu, dilanjutkan lagi besoknya kami bawa lagi masalah tersebut ke RT setempat, RT lepas tangan karena beberapa hal. Jadi, lagi kami selesaikan masalah ini secara kekeluargaan. Dan lagi damai.

Ternyata kami juga baru tahu, kemungkinan dia ( cowok yang senang sama temen aku ) rada kurang normal atau apa, dikarenakan depresi. Terkadang mikir juga, mau nyalahin dia, tapi dia terlihat sama sekali tak bersalah, namanya juga orang sakit kan. Semoga aja Allah memberi petunjuk yang lebih baik, dan kami senantiasa dilindugi dalam dekapan-Nya.
Intan Saputri © 2014