Mata
yang melihat, hati yang merasakan masih saja membuat jarak tetap tak sedekat
dulu. Boleh aku tau apa alasannya? Sayangnya untuk bertanya tentang alasan,
kamu selalu saja tak tak tahu apa-apa. Saya yang selalu beralasan untuk selalu
membuat banyak alasan-alasan yang lain. Saya selalu mengemukakan tentang banyak
hal membuat kita tak leluasa bergerak seperti dulu.
Sejak
tadi pagi ketika kita bertemu di persimpangan jalan, kita menyadari keberadaan
masing-masing, masih saja tak ada suara yang berhasil keluar maupun terucap
meski hanya untuk menyapa selamat pagi, semangat ya, atau pun, udah mau
berangkat. Semua membisu terkecuali lalu lalang transportasi-transportasi yang
lewat, tentu saja itu tak ada pengaruh untuk kita. Tatapan mata sekilas untuk
mengindari tatapan langsung, hati selalu mengejar untuk mengejar hatinya,
sayangnya ego selalu saja rumit untuk dikendalikan.
Saya
rindu sapaan pagi mu, saya rindu melihat semangat pagimu tentang mimpi-mimpimu.
Sayangnya , ego saya pagi ini mengalahkan segala rindu yang memuncak, beberapa
pekan tak ada kabar, beberapa pekan menahan rindu yang kian menyesaki dada. Ego
tetaplah pemenangnya.