Minggu, 06 Desember 2015

Aku Padamu

Minggu, 06 Desember 2015
Banyak yang bilang kalau jodoh pasti gak akan lari kemana, walaupun pernah menghilang yakinlah ia akan balik lagi ke empunya. Pun banyak film-film yang menyajikan cerita-cerita seperti ini pun. Agar apa? Tentu saja agar kita yakin bahwa ia akan kembali ke kita. Kalau pun tidak kembali percayalah bahwa kita bukan rumah untuk ia pulang. Mungkin ada rumah lain yang akan menjadi singgahan pulangnya.

Pun sama seperti saya, saya pernah kehilangan kotak pensil sekitar satu tahunan yang lalu. Dan dua hari yang lalu saya lagi ke ruang kaprodi di kampus saya dan salah satu teman saya lagi beres-beres lemari. Dan mengeluarkan salah satu benda yang membuat saya begitu terkejut, sontak saja saya langsung bilang kalau benda tersebut, kotak pensil tersebut milik saya. Meskipun udah sekitar satu tahunan, tetep saja itu masih kepunyaan saya. Berarti jodoh kan?

Dan saya benar-benar terkejut, semua isinya masih utuh. Dan itu memang tempat pensil favorit saya, warna jingga.

Sebenarnya tempat pensil tersebut bukanlah menghilang, melainkan ketika saya lupa mengambil kotak pensil saya yang saya letakkan di bawah kursi ketika perkuliahan selesai. Malemnya baru saya ingat, kalo saya meninggalakan kotak pensil tersebut. Besoknya saya balik lagi ke kelas perkuliahan kemarin. Dan hasilnya zonk alias udah gak ada lagi bangkainya hehe.

Dengan kebaikan Tuhan, Dia mempertemukan kami di waktu yang tak terduga tepatnya beberapa hari yang lalu. Dia mengembalikan yang memang milik saya dengan keadaan seperti semula, utuh! Meskipun saya sudah punya pengganti yang baru, namun tetap saja yang dihati masih yang Jingga.

Ketika saya ingat kejadian ini, terkadang Tuhan menegur saya dengan cara yang amat baik. Saya yang membuatnya pergi, bukan kemaunnya untuk pergi sendiri. Tuhan ingin kami saling memperbaiki diri agar lebih baik lagi. Tuhan telah menetapkan waktu kapan kami harus bersama dan kembali dengan utuh, dan dengan tak kesengajaan ataupun dalam waktu yang tak terduga Ia mempertemukan kami. Dan disaat itulah, saya dihadapi oleh dua pilihan. Menerima yang lama yang telah kembali yang siap saya rengkuh meskipun tetap utuh seperti diakala atau tetep keukeuh bersama yang saat ini disamping saya. Ya kembali saya dihadapi oleh pilihan ini, tentu saja tak lain dan tak bukan saya lah yang menentukannya. Yang mana yang harus saya pilih, Tuhan begitu sayang dengan umatnya Dia menyediakan banyak pilihan untuk kita namun di setiap pilihan tersebut ada hal-hal rahasia yang akan menjadikan apakan kehidupan kita akan lebih baik atau sebaliknya? Akan ada banyak kejutan disetiapnya.

Saya hanya merasa asing dengan yang lama meskipun saya pernah merasa memilikinya, dengan yang baru tampaknya biasa-biasa aja, nothing’s special. Semenjak yang lama pernah saya tinggalkan pergi dan menghilang entah kemana, yang baru dengan senang hati selalu ada dikala saya butuh.

Namun yang lama, meskipun ia menghilang. Ia hanya diam di tempat, tak ada perubahan sama sekali hanya saja usia yang menggerus kerutan di wajahnya yang tampaknya terlihat lebih tua dari tahun sebelumnya. Tuhan melindunginya agar tak ada lagi yang menodai hatinya untuk banyak hal ketidakpastian. Agar ia merasa pantas untuk bersanding yang sama dengan kapasitas yang dimilikinya.

Entahlah, inikah takdir? Atau inikah balasan untuk setiap perbuatan?


Mungkin saya tetap bertahan untuk yang baru, kenapa? Terlalu banyak rasa bersalah untuk yang lama, jangan sampai saya menghadirkan kesalahan yang baru untuk yang lama. Ia terlalu baik, ingin kembali dengan keadaan yang masih utuh. Sedangkan untuk yang baru, sampai sekarang pun ia masih bertahan meskipun sering kali tak ada perhatian dari saya. Ia selalu ada. Pun ia sangat baik, saya hanya tak ingin melakukan kesalahan yang sama untuk yang baru. Saya hanya tak sadar, tak membuka mata lebar-lebar betapa special nya si “baru” ini. Jangan sampai saya membuat yang baru ini pergi begitu saja.


Intan Saputri © 2014